Memberi judul di atas
untuk postingan ini adalah efek dari membaca deskripsi di blog barunya ZainalArifin, seorang adik, teman, mantan rekan kerja, yang punya blog baru, yang
sepertinya akan membuat saya betah membacanya. “They said Im cool. Period.”
Demikian ia menjabarkan dirinya. Saya terbahak pada detik pertama. Detik
berikutnya, membenarkan dalam hati. Iyah banget. He’s cool, as always.
Pengetahuannya tentang banyak hal, pemikirannya yang di luar kotak, dan sarkasmenya
yang sangat cerdas itu saya kagumi sejak dulu. Sarcasme adalah nama tengahnya.
Hahaha... Tapi sejak saya mengenalnya, dan itu sudah 10 tahun yang lalu, saya
selalu suka membahas banyak hal dengannya. Kadang opini kami bersebrangan,
tetapi diskusi dengannya tak pernah menjadi sia-sia. Selalu ada hal baru yang
saya terima. Membaca beberapa postingannya, membawa imaji seolah kami sedang
duduk di sebuah kafe, dengan rekan-rekan yang lain, membahas ini itu, random,
tapi tak pernah tanpa mutu. Kemudian saya sadar satu hal, bahwa ketika
seseorang bernas secara pemikiran, maka menjadi penulis yang ulung (walaupun
hanya sekedar blog), hanyalah soal waktu.
Saya punya rekan-rekan keren yang
blognya sering saya kunjungi. Rata-rata mereka adalah orang-orang yang enak
diajak ngobrol tentang apa saja, buah pikir mereka menarik untuk dikulik, baik
secara tatap muka, maupun sekedar sekelebat status di media sosial. Tentu hal
ini akan semakin menarik ketika itu tertuang dalam sebuah tulisan, entah itu
akan dimuat dalam media cetak, atau hanya sekedar notes di laman facebook.
Menulis, jelas adalah sebuah
keberanian. Bukan hanya sekedar menuangkan pemikiran. Tak sekedar merangkai
aksara. Menulis adalah menegaskan diri dalam pusaran sejarah, mengabadikan
pemikiran. Saya terbiasa menulis buku harian sejak pakai seragam merah putih.
Hingga kemudian punya blog sendiri, menulis membuat saya merasa mampu
menyatakan eksistensi diri. Menulis membuat saya merasa keren (virus sejenis They-Said-Im-cool.Period
Virus itu ternyata sudah mendarah daging ya, Jay?). Banyak yang memuji, tak
sedikit yang mencaci. Tapi melakukan apa sih yang tak pernah punya dua sisi
seperti itu? Jadi, kendati grafiknya naik turun, saya akan berusaha untuk terus
menulis apa yang saya pikirkan, apa yang saya rasakan. Dan saya akan selalu
mengapresiasi setiap teman yang mau mulai menulis, karena menurut saya, hanya
orang-orang keren yang berani menulis :)
Jika kau bukan anak raja, dan bukan anak ulama
besar, maka menulislah!
(Imam Al-Ghazali)
Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa
pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan
angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.
(Pramoedya Ananta Toer)
pic from weheartit.com
suka dengan tulisan dan kutipannya
ReplyDelete