Dear Ade
Alifya di masa lalu, saat ini aku ingin menyapamu. Sebagaimana yang aku –Ade
Alifya masa sekarang– lakukan, aku yakin, saat ini, di detik-detik menuju
penambahan usia ini, kamu sedang menulis, berbeda dengan caraku sekarang, kamu menulisnya dalam buku kecilmu,
yang waktu itu selalu kamu bawa untuk menulis apapun, menempelnya dengan daun
dan potongan kertas, bahkan pasir yang dilaminating. Buku itu masih kusimpan
sampai saat ini, tak pernah lagi menulisinya, karena kehidupanku yang sekarang
–Ade Alifya yang berusia 30 tahun hari ini – membuatku tak lagi menulis di buku
harian. Ada sosial media tempat menampung opini iseng dan dangkal, ada rumah
digital tempat meluapkan hal-hal yang terpikir (walaupun ini semakin jarang
dilakukan), ada aplikasi dalam gadget yang kutenteng kemanapun tempat menulis
menggantikan buku harian yang dulu selalu penuh warna. Ade Alifya di tahun
2004, kukatakan padamu, teruslah menulis!! Karena tulisanmu itu yang kelak akan terus
kubaca, memberi inspirasi dan mengingatkanku lagi akan naik turunnya grafik
hidup.
Dear Ade
Alifya yang berusia 20 tahun, saat ini aku menjengukmu kembali. Di hari ini,
hari kita selalu punya cara istimewa menjadikannya spesial, aku mencoba
mengingat masa satu dasawarsa belakang, hal-hal yang kamu, aku, kita alami,
hingga di tahun ini, tahun 2014, masa dimana seorang Ade Alifya menginjak umur
30 Tahun. Kamu akan mengalami banyak hal dalam satu dekade ini, Ade sayang. Teruslah
bergiat, untuk apapun yang menurutmu baik dan membantumu menjalani rutinitas matahari
terbit dan tenggelam. Ada masa perkuliahan yang membuatmu bangga dengan indeks
prestasi semester yang nyaris sempurna, tapi ada pula masanya kamu mengosongkan
lembar jawaban ujian semester karena sama sekali tak punya ide apapun untuk ditulis yang berujung pada nilai D di
kartu hasil studi. Nikmati
saja. Kamu lulus kuliah, bekerja dan setiap harinya kamu akan bersyukur dengan
apa yang telah kamu capai. Nikmatilah prosesmu, Ade Alifya yang berusia 20 tahun. Senikmat kamu
bercuap-cuap di radio, memutarkan lagu dan kemudian menyusun program dengan
para manusia keren yang kelak akan kamu rindukan keberadaannya. Senikmat kamu
latihan teater dan menonton pertunjukan-pertunjukannya dengan para sejawat yang
membuat hari-harimu tak lagi pernah sama. Senikmat kamu menelusuri daerah-daerah
baru, dalam misi penelitian, survey, petualangan, reportase, pekerjaan dan
bahkan hanya keluyuran. Dekade ini adalah dekade emasmu untuk berpergian dengan
tas punggung dan sepatu kets. Nikmatilah, karena ini akan sangat kamu rindukan
ketika usiamu menginjak 30 tahun. Yess, I miss those moments so badly as
well!
Juga soal
hati, jalani dan nikmati sajalah. Saat ini, sepuluh tahun yang lalu, kamu
mungkin merasa berada dalam grafik bawah hidup. Pertama kali kamu serius
membagi kedalaman hati dengan seseorang ribuan hari lamanya, kandas dalam
beberapa minggu setelah kamu merayakan ulang tahun ke 20. Masa saat ini, 9
Agustus 2004, adalah masa dimana kamu merasakan kebimbangan luar biasa, tapi
kalah oleh sebuah pertanyaan besar, kenapa hubungan manusia berusia muda
sebegitu mengkhawatirkan bagi orang tua yang takut akan masa depan. Masa-masa
itu adalah masa dimana kamu memilih bahwa mencintai diri sendiri dan keluarga
adalah jauh lebih penting dari pada perasaan yang baru kamu jalani dalam ribuan
hari. Kemudian, satu dekade ini kamu akan diajak bermain roaller coaster oleh
hati dan perasaan. Beberapa tahun sesudah itu, lukamu sembuh untuk kemudian
digores lagi oleh belati yang sama di bagian hati yang berbeda. Dan
percayalah, itu semua akan kamu senyumi
ketika kamu berusia 30 tahun. Yah, andai kamu tahu, saat ini, aku sedang tersenyum, mendapat hikmah
dari grafik hati yang naik turun dalam sepuluh tahun terakhir. Dan jangan
khawatir, di ujung usia 20-an mu, kamu menemukan tambatan hati yang sebenarnya.
Buah dari Firman Sang Maha Cinta yang kamu yakini dari dulu, bahwa perempuan baik untuk lelaki baik dan
begitu pula sebaliknya. Kamu akan ‘berdamai’ dengan standar baku yang kamu
ciptakan, karena sosok yang kelak kamu imami ini tak terdefenisikan oleh
standar-standar dangkalmu itu. Kamu tidak akan berjodoh dengan pria romantis
impianmu, tapi dengan lelaki yang akan mengingatkanmu untuk sholat, makan, dan
istirahat tepat waktu. Kamu tidak akan mendapatkan sobekan puisi di balik
bantal setiap pagi sebagaimana khayalan picismu saat itu, yang ada ialah pria
yang membuatkanmu telur dadar ketika kamu sakit dan tidak berselera makan, atau
yang membantumu mencuci piring ketika kamu harus pulang kerja kelewat larut.
Bukan pria yang akan menyanyikanmu lagu romantis dengan gitar di bawah sinar bulan
purnama, tapi lelaki yang mendengar keluh kesahmu kemudian mengusap dahimu,
menggenggam jemarimu dan berkata bahwa kamu adalah sosok luar biasa yang ia
percayai mampu atasi tantangan yang bahkan kamu tak yakin mampu menghadapinya.
Lelaki itu, yang kelak menjadi inspirasimu menulis seribu puisi, yang akan kamu
panggil lelaki bermata palung, akan mengucapkan kabul dengan tegas dalam genggaman tangan ayahmu,
mengikrarkan di depan keluarga dan para sahabat bahwa ia akan menjagamu dunia akhirat.
Percayalah, bahkan seribu puisimu pun belumlah tuntas, ia telah membuatmu
bahagia sejak detik pertama kalian berjanji akan terus bersama hingga ke
surgaNya.
Syukurilah
setiap hari yang kau lalui, Ade Alifya yang berusia 20 tahun. Syukurilah
apapun. Jangan cemaskan hari esok, karena Sang Maha telah menyiapkan skenario
terbaik untuk kamu perankan secara realis. Dekade ini penuh warna, pernah
dengan isak tangis, banyak senyum dan tawa, tak jarang dengan kebanggaan, pun
ada keterpurukan dan kekalahan, maka jalani saja. Kelak, di usia 30 tahun mu,
kamu akan menjadi pribadi yang melihat segalanya dengan cara yang berbeda
dengan caramu hari ini. Dasawarsa ini, kamu memberi dan menerima cinta dari
keluarga melebihi apa yang bisa kamu bayangkan. Para sahabat datang dan pergi
tapi kepedulian mereka selalu menguatkan diri. Bertemu teman-teman baru dengan
petualangan seru. Menjejaki negeri asing untuk kemudian menandainya sebagai
tempat yang menghangatkan hati. Kompleksitas interaksi. Aneka rupa, bahkan hal
tersebut belum pernah kamu bayangkan saat itu. Karena itu, Ade Alifya yang
berusia 20 tahun, selamat merayakan kehidupan. Tak ada yang perlu kamu
risaukan. Kegamanganmu pada saat itu adalah hal wajar yang mengawali visimu ke
depan. Usia mudamu memberimu pada keragu-raguan yang nantinya justru akan
membawamu pada ketetapan hati atas keputusan pilihan-pilihan. Silahkan, ambil
keputusan terbaikmu, dengan pertimbangan segala sisi. Kelak, ada hal yang akan
kamu sesali, tapi tak jarang, aku, Ade Alifya hari ini, bersyukur atas
keputusan yang dulu kamu ambil dengan sepenuh hati.
Capaianmu sepuluh tahun lagi, capaian ku hari ini, adalah
capaian hidup terbaik yang bisa kita raih. Terbaik menurut standar kita, The
Ade Alifya. Karena hanya kitalah yang tau apa yang paling pantas untuk diri
sendiri dalam menjalani kehidupan dengan cara terbaik yang kita bisa. Jadi,
terima kasih, telah mewarnai satu dekade ini. Aku berjanji, akan menjadi pribadi
yang lebih baik, sehingga satu dekade lagi, jika Sang Maha memberi kita umur
panjang, Ade Alifya yang berumur 40 tahun, berterima kasih pada kita, padamu
dan padaku, karena kita menuntun arahnya menuju hidup yang berguna dan
berwarna.
Jadi, Ade Alifya yang berusia 20 tahun waktu itu, diriku di
masa lalu, andai saja kamu tahu dan mengerti apa yang pernah dikatakan orang
bijak, bahwa “kehidupan” justru baru dimulai pada usia 30 tahun, maka pasti
kamu tak akan pernah merisaukan apapun pada waktu itu.
I love U, Ade Alifya!